KOLASE SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA EVALUASI DAN REFLEKSI DALAM PEMBELAJARAN BIPA TINGKAT PEMULA
http://pusatbahasa.diknas.go.id/
Beberapa negara maju seperti Amerika, Rusia, Kanada, Inggris menjadikan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa asing yang dipelajari dan dikaji. Hal inilah yang mendorong berkembangnya teknik pengajaran dalam penyampaian BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) kepada pembelajar, mengingat pelajaran bahasa yang disampaikan adalah bahasa kedua (B2) bagi pembelajar. Pengajaran yang tepat akan mempermudah pembelajar untuk mempelajari B2. Pada dasarnya belajar bahasa adalah tentang bagaimana menggunakan bahasa, bukan tentang bahasa itu sendiri secara linguistik. B2 itu sendiri adalah bahasa yang dipelajari selain bahasa ibu. Belajar bahasa Indonesia sebagai B2 mempunyai beberapa tahapan yang telah diterapkan pada pengajaran BIPA pada umumnya. Indikator berhasil atau tidaknya pembelajaran B2 oleh pembelajar adalah bila pembelajar yang bersangkutan dapat menggunakan bahasa tersebut secara benar menurut kaidah tulis ataupun santun menurut kaidah tutur. Dengan kata lain “pembelajaran BIPA memilki target tertentu yaitu membentuk pembelajar berkemampuan berbahasa secara wajar”. Pembelajaran bahasa membutuhkan hubungan yang kooperatif antara pengajar beserta materi ajar dengan pembelajar yang termotivasi untuk belajar.
Penyampaian bahasa sebagai informasi pembelajaran sebaiknya disampaikan dengan cara semenarik mungkin sehingga pembelajar dapat mengingat materi dengan mudah. Materi dapat disampaikan dengan cara apapun yang sesuai dengan tingkat kemampuan pembelajar. Setiap pembelajaran, termasuk pembelajaran bahasa, hendaknya dimulai dari hal yang dapat ditangkap oleh indera penglihatan dan berpikir hendaknya tidak pernah dipisahkan dari pengalaman visual. Pembelajaran BIPA biasanya merupakan sebuah kelas kecil dengan jumlah pembelajar tidak lebih dari empat orang per kelas. Ada juga pembelajaran yang menggunakan kelas yang cukup besar, biasanya lebih dari sepuluh orang per kelas. Kelas-kelas besar seperti ini umumnya diadakan oleh insitusi-institusi pendidikan besar seperti universitas. Peserta BIPA dalam kelas besar seperti ini pada umumnya adalah mereka yang berstatus sebagai pelajar. Sedangkan untuk kelas-kelas privat ataupun kelas kecil biasanya diminati oleh mereka yang membutuhkan suasana belajar yang intensif. Penggunaan materi yang beragam dalam penyampaian materi dapat lebih memotivasi pembelajar dalam mempelajari bahasa kedua (B2). Dari materi-materi yang telah dilaksanakan sebelumnya, pada makalah ini akan ditawarkan penggunaan sebuah model evaluasi baru yang dapat digunakan dalam menunjang pembelajaran BIPA, yaitu penggunaan kolase. Kolase di sini digunakan sebagai media untuk evaluasi dan refleksi dalam pembelajaran BIPA.
Kolase Sebagai Alternatif Media Evaluasi dan Refleksi dalam Pembelajaran BIPA Tingkat Pemula Seseorang dikatakan belajar B2 bila ia mempelajari bahasa lain selain bahasa ibu yang dikuasainya. “Pembelajaran pada dasarnya adalah pemberdayaan untuk mencapai suatu pengetahuan.” Belajar bahasa bukan hanya sebagai pembentukan kebiasaan untuk menggunakan bahasa tersebut, tetapi juga merupakan suatu proses kreatif. Pembelajaran mempunyai beberapa aspek terkait yang dapat menyukseskan pengajaran atau pembelajaran. Aspek-aspek tersebut antara lain adalah materi yang ditawarkan, model pembelajaran, pembelajar, dan pengajarnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang kompleks. Pembelajaran bahasa Indonesia sebagai B2 mempunyai suatu sistem yang disebut Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Pengajaran BIPA di Indonesia sudah dilaksanakan oleh beberapa institusi perguruan tinggi maupun lembaga-lembaga pengajaran BIPA yang tersebar, khususnya di kota-kota besar. Pengajaran BIPA di institusi-institusi pendidikan formal diadakan di sejumlah universitas-universitas di Indonesia, contohnya Universitas Indonesia, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Negeri Malang, Universitas Udayana dan yang lainnya. Pengajaran BIPA di institusi-institusi non formal juga banyak diminati oleh banyak penutur asing yang ingin mempelajari bahasa Indonesia. Institusi-institusi ini banyak tersebar di kota-kota di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Bali. Seperti pembelajaran B2 pada umumnya, BIPA juga mempunyai aspek-aspek penting yang menjadi faktor penentu keberhasilan pembelajaran. Aspek-aspek tersebut adalah aspek instruksional dan aspek kondisional. Yang termasuk aspek instruksional adalah aspek-aspek yang terkait langsung dalam proses belajar. Contoh dari aspek instruksional, yaitu: materi pembelajaran, metode atau teknik pembelajaran dan evaluasi, pengajar dan pembelajar. Aspek kondisional merupakan aspek-aspek yang berkaitan dengan kondisi proses pembelajaran BIPA, diantaranya adalah kondisi suasana belajar. Menurut Carol (1971), belajar bahasa adalah rangkaian antara latihan-latihan menguasai pola-pola dan sekaligus menciptakan kondisi belajar yang kondusif agar pola-pola itu terinternalisasikan dalam kesadaran siswa. Jadi, dengan adanya latihan-latihan pembelajar diharapkan dapat menguasai bahasa sasaran dengan waktu yang tidak terlalu lama.
Belajar tidak hanya waktu dimana si pembelajar mempelajari suatu hal. Belajar juga perlu didukung oleh cara mengingat yang efektif terhadap hasil belajar sehingga apa yang dipelajari dapat terus digunakan. Hal mengenai cara mengingat inilah yang seringkali menemui kendala untuk dilakukan. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tentang kolase yang dapat digunakan sebagai alternatif sarana pengingat yang lebih menarik, khususnya dalam hal pembelajaran BIPA bagi tingkat pemula. Kolase yang dibahas dalam kajian ini dimaksudkan sebagai sebuah produk media yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan refleksi pembelajar. Teknik kolase biasa digunakan sebagai salah satu teknik komposisi artistik media di dalam seni rupa. Penggunaan kolase dalam pembelajaran bahasa, khususnya pembelajaran BIPA tingkat pemula, akan menjadi alternatif media evaluasi mandiri yang dapat menarik minat pembelajar. Teknik kolase itu sendiri pada dasarnya adalah salah satu teknik gambar dimana fotografi, guntingan-guntingan berita, ataupun materi dua-dimensi lain seperti poster, kertas tisu, guntingan majalah dan lain sebagainya yang dilekatkan pada media datar dan terkadang dikombinasikan dengan lukisan ataupun hasil cetakan lainnya. Kolase yang diperkenalkan oleh George Barques dan Pablo Picasso kira-kira tahun 1909, merupakan suatu teknik menggabungkan fragmen-fragmen cetak komersial ke dalam komposisi. Komposisi ini adalah komposisi seni yang menarik untuk dikerjakan atau dilihat. Kolase mempunyai beberapa bentuk, bisa berbentuk poster atau berbentuk buku. Akhir-akhir ini kolase dikenal sebagai salah satu teknik untuk membuat scrapbook atau buku tempat mengumpulkan guntingan-guntingan koran, artikel dan lain sebagainya. Buku ini bisa digunakan sebagai sarana pengumpul tugas ataupun hanya sebagai pengoleksi kenangan. Kolase yang berbentuk buku bertujuan untuk menuangkan suatu pesan melalui pola-pola dan tema tertentu sehingga kolase bukan hanya sekedar buku kumpulan gambar-gambar, tetapi ia juga memiliki pesan di dalamnya.
Pesan yang dituangkan ke dalam kolase biasanya adalah pesan yang sifatmya individual karena kolase dikerjakan secara individu. Kolase berbentuk buku bisa disebut juga diary atau buku harian pembelajar yang dapat digunakan sebagai media pengingat. Diary ini bisa dalam bentuk yang sudah jadi, dalam artian diary sudah mempunyai format. Pengguna diary yang belum mempunyai format dapat dengan bebas bereksplorasi dalam mengisi diarynya. The diary is thus a kind of critical and reflective autobiography of a subject as a learners that allows them to record their thoughts, feelings, achievements, hunches, problems and attitudes, as well as their impressions about different elements and aspects that are part of learning a foreign language such as methodology, materials, teacher, etc. Berdasarkan hal tersebut di atas, kolase tidak terbatas sebagai sebuah produk komposisi seni, tetapi juga merupakan produk media pendukung pembelajaran. Sebagai media pendukung pembelajaran, kolase dapat digunakan sebagai media evaluasi dan refleksi. Dengan menggunakan kolase, maka evaluasi dan refleksi merupakan hal yang menyenangkan dan dapat membangkitkan minat pembelajar dalam belajar B2. Dalam kolase dapat digunakan warna-warna selain menggunakan gambar, tulisan, atupun media lain untuk disatukan. “Dengan menggunakan warna, pembelajar dapat lebih mudah mengingat kembali apa yang pernah dipelajarinya daripada hanya sekedar hitam putih tulisan.” Oleh karena itu, dengan menggunakan kolase dan penggunaan warna di dalam pengerjaannya, dapat memudahkan pembelajar dalam mengingat materi-materi yang diajarkan. Melalui evaluasi dan refleksi yang dilakukan oleh pembelajar, mereka dapat berperan aktif di dalam proses evaluasinya dan di lain pihak hal ini juga mempermudah pengajar saat evaluasi. Kolase, yang merupakan pengembangan dari teknik portofolio, adalah media evaluasi dan refleksi yang representatif. Penggunaan kolase menarik untuk mengevaluasi hasil belajar pembelajar. Dengan menggunakan kolase, pembelajar dapat menuliskan, melukiskan, atau menempelkan hal-hal menarik yang menjadi pembelajarannya.
Kolase dapat mengurangi kendala-kendala pengevaluasian dan perefleksian hasil belajar karena dalam kolase digunakan teknik atau kegiatan yang berbeda-beda untuk menghasilkannya. Sebagai contoh, pembelajar yang lebih mudah menyerap pembelajaran dengan gambar atau visual maka ia dapat menggambar di kolasenya atau menempelkan gambar sehingga ia mempunyai media menarik untuk mengingat materi ajar. Begitu juga dengan tipe pembelajar yang lebih mudah mengingat materi dengan cara menuliskannya kembali. Ia dapat menuliskan hal-hal apa saja yang sedang dan telah ia pelajari atau menempelkan tulisan-tulisan yang berupa artikel, paragraf, wacana singkat, dialog atau bahkan slogan-slogan. Kolase sebagai sebuah produk media evaluasi setelah pembelajaran, merupakan hal yang dapat menunjang keberhasilan pembelajar dalam mempelajari BIPA. Kolase yang dibuat oleh pembelajar dapat digunakan oleh pembelajar untuk mengevaluasi dirinya terhadap hasil belajar yang telah ia capai pada hari itu. Kolase ini juga berguna bagi pengajar. Pengajar dapat memanfaatkan kolase masing-masing pembelajar untuk memantau dan bahkan mengevaluasi secara individual. Kolase juga berguna sebagai media refleksi bagi pengajar dan pembelajar. Kegunaan bagi pengajar adalah pada saat di akhir pembelajaran atau di akhir sesi belajar. Pembelajar memberikan umpan balik mengenai hal-hal yang dipelajari pada hari itu yang sebelumnya sudah dituangkan pembelajar ke dalam kolase. Pengajar dapat melakukan refleksi tentang hal-hal apa saja yang membantu pembelajar dalam belajar atau bahkan hal-hal yang dirasa sulit bagi pembelajar. Dengan adanya refleksi ini, pengajar dapat lebih mengenal tipe belajar setiap pembelajar karena kolase bersifat individual. Kolase sebagai media refleksi bagi pembelajar sama pentingnya dengan kegunaan kolase sebagai media refleksi bagi pengajar.
Kolase yang sifatnya individual ini dapat digunakan oleh pembelajar untuk melihat kembali hasil belajarnya, dengan kata lain ia belajar dengan catatan yang dibuatnya sendiri. Dengan menggunakan kolase sebagai media refleksi pembelajar dapat mengetahui sejauh mana materi yang dapat ia serap, hal-hal apa saja yang dapat membantunya dalam belajar dan lain sebagainya.
Cara pengaplikasian teknik kolase ini adalah sebagai berikut :
Pengajar atau institusi menyediakan media untuk melakukan kolase seperti buku refleksi masing-masing pembelajar, majalah, poster, koran, pena berwarna, cat air, lem, gunting dan media-media lain yang sesuai dengan minat pembelajar. Pembelajar juga dapat membawa sendiri media-media yang ingin ia gunakan.
Pengajar memberikan stimulus tentang hal-hal yang dapat dituangkan ke dalam kolase. Misalnya, pengajar mengingatkan kembali materi-materi yang dipelajari hari itu, tanya jawab dengan pembelajar tentang hal-hal yang baru yang menjadi pembelajaran mereka hari itu.
Pembelajar diberikan waktu untuk mengerjakan kolase mereka masing-masing. Pengajar hanya bersifat sebagai fasilitator bagi mereka yang membutuhkan bantuan.
Kolase yang sudah selesai dapat digunakan sebagai media evaluasi di dalam kelompok atau kelas terhadap apa saja yang mereka pelajari. Dalam forum ini baik pengajar maupun pembelajar mendapatkan umpan balik dari apa yang mereka pelajari.
Kolase yang sudah selesai dibahas dapat disimpan oleh masing-masing pembelajar sebagai bahan refleksi dan catatan bagi mereka. Kolase dapat efektif bila jumlah pembelajar dalam kelas tidak lebih dari lima orang, dengan kata lain kelas kecil.Hal ini dikarenakan kolase selain digunakan sebagai media evaluasi dan refleksi tetapi juga sebagai media pengikat hubungan interpersonal antara pembelajar dan pengajarnya. Kolase sebagai media evaluasi dan refleksi bukanlah cara yang kekanak-kanakan untuk digunakan dalam pembelajaran BIPA. Oleh karena itu, penggunaan kolase lebih dikhususkan kepada pembelajar BIPA tingkat pemula. Pembelajar BIPA tingkat pemula adalah pembelajar yang baru akan mengenal bahasa Indonesia untuk nentinya akan digunakan sebagai B2 mereka. Pembelajar tingkat pemula tentu saja mempelajari kosakata-kosakata dan tata bahasa tingkat dasar. Untuk mempelajarinya tentu diperlukan usaha yang cukup keras, mengingat pembelajar BIPA di Indonesia kebanyakan adalah pembelajar dewasa. Dengan menggunakan kolase pembelajar dapat menemukan cara belajar yang menarik dan tidak membosankan. Cara pengaplikasian kolase dapat disesuaikan dengan tema dan teknik yang diberikan pada saat pembelajaran. Lebih jelasnya terlihat pada gambar 1: Gambar 1 Evaluasi tidak selalu menekankan pada pencapaian materi. Terkadang ada hal-hal di luar materi yang ternyata dapat menjadi bahan pelajaran bagi beberapa pembelajar. Contohnya adalah hal-hal yang berkaitan dengan budaya, baik budaya Indonesia maupun budaya asal pembelajar. Hal itulah yang dikaji dalam makalah ini. Kolase sebagai sebuah produk media evaluasi dan refleksi dalam pembelajaran BIPA bisa sangat efektif untuk menangani hal-hal seperti tersebut di atas. Kolase di sini digunakan sebagai media evaluasi, refleksi dan catatan materi pembelajaran khususnya bagi pembelajar itu sendiri. Kolase sebagai media evaluasi proses merupakan media evaluasi yang dikerjakan selama pembelajaran berlangsung. Kolase sebagai media evaluasi hasil merupakan bentuk kolase yang komunikatif berkaitan dengan hasil belajar yang dituangkan oleh pembelajar ke dalam kolase miliknya. Dengan menggunakan kolase, pembelajar dapat mengukur sejauh mana ia dapat menyerap materi yang diberikan hari itu. Saat pembelajar mengerjakan kolase pengajar bertindak sebagai fasilitator dan pengingat untuk materi-materi yang dianggap penting. Kolase-kolase hasil belajar ini terkumpul dalam sebuah buku yang berfungsi sebagai buku evaluasi, refleksi dan catatan. Kolase di sini juga dapat berfungsi sebagai buku tugas bila pembelajar diberikan tugas oleh si pengajar. Selain itu, kolase dapat juga digunakan pengajar untuk mengevaluasi hasil belajar dari pembelajar. Sehingga tes-tes tertulis sebagian bisa digantikan dengan hanya mengevaluasi kolase masing-masing pembelajar. Terangkumnya semua materi dalam satu buku dengan disain menarik yang sesuai dengan pribadi masing-masing mendorong pembelajar untuk bangga dengan hasil belajar masing-masing pembelajar, dan kemudian dapat membuat pembelajar merasa senang untuk mempelajarinya berulang kali. Dengan adanya alternatif-alternatif untuk mengembangkan pembelajaran BIPA, diharapkan pembelajaran BIPA dapat menjadi salah satu pembelajaran B2 yang menantang dan menyenangkan untuk dilakukan. Hal ini akan memberikan keuntungan, baik bagi negara Indonesia maupun bagi negara-negara asal pembelajar BIPA tersebut. Penggunaan kolase dalam pembelajaran BIPA, khususnya bagi pembelajar tingkat pemula, dapat menjadi alternatif menarik yang dapat mendukung perkembangan bahasa Indonesaia itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar