Evaluasi Dalam Pembelajaran
aranhttp://www.apfi-pppsi.com/cadence21/pedagog21-3.htm
Scriven dalam Arikunto (1989) menyatakan bahwa harus ada hubungan yang erat antara :
  1. tujuan kurikulum dengan bahan pelajaran,
  2. bahan pelajaran dengan evaluasi, dan
  3. tujuan kurikulum dengan evaluasi. Jadi evaluasi itu harus merujuk kepada kurikulum dan bahan pelajaran.
Hubungan evaluasi terhadap kurikulum dan bahan pelajaran adalah sebuah hubungan yang saling kontrol. Kalau materi pelajaran sudah relevan dengan tujuan pembelajaran yang tercantum dalam kurikulum, maka evaluasi yang berhubungan dengan materi akan secara otomatis berhubungan dengan kurikulum. Namun jika materi pelajaran tidak relevan dengan kurikulum, maka tes yang dibuat berdasarkan materi tidak akan menyokong tujuan kurikulum. Agaknya itulah yang menyebabkan Scriven menegaskan bahwa perlunya ada hubungan antara tiga komponen itu.
Kembali kepada Viviane dan de Lansheere di atas, mereka lebih menekankan bahwa evaluasi itu adalah proses pengecekan apakah materi dan metode telah sesuai dengan tujuan pembelajaran. Fokusnya tertuju kepada tujuan yang ada dalam kurikulum. Materi dan metode merupakan sarana untuk pencapaian tujuan. Pemikiran mereka ini bisa diformulasikan kedalam bentuk lain bahwa pencarian, pembahasan, dan perumusan materi adalah untuk menjawab persoalan dalam evaluasi yang mengacu pada tujuan pembelajaran.
Konsep mereka di atas, secara sederhana dapat diaplikasikan dalam sebuah contoh kongkrit proses pembelajaran bahasa Prancis berikut:
Dari contoh diatas terlihat bahwa ada hubungan yang erat diantara tiga komponen itu, yakni tujuan, evaluasi, dan materi. Yang menarik adalah pemilihan materinya. Poin nomor 2 dan 3 agaknya adalah sesuatu yang muncul dari kreatifitas pengajar. Pengajar harus benar-benar mengarahkan mahasiswa untuk memperkaya referensinnya dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran.
Teknik komunikasi secara lisan, seperti menjelaskan sebuah obyek wisata harus dimiliki oleh mahasiswa. Apalagi ini nanti pada gilirannnya akan berguna bagi mereka yang berprofesi sebagai pemandu wisata. Teknik yang benar dan menarik akan meningkatkan kualitas penyampaiannya, seperti variasi intonasi, pengaturan interval, ekspresi atau mimik, dan jiwa humoristis. Teori dan praktek terjemahan disini akan sangat terpakai, apalagi kalau referensi yang ada tentang wilayah pariwisata Sumatera Utara menggunakan bahasa Indonesia. Kalau ada mata kuliah khusus tentang penerjemahan, maka pengajar tinggal mengarahkan mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu penerjemahan mereka ke dalam mata kuliah ini.

Tidak ada komentar: