DISIPLIN GURU
DI DELI SERDANG MEMPRIHATINKAN
www.antarasumut.com
Medan, 20/11 (ANTARA) - Disiplin para guru Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Deli Serdang, Sumut, terkesan memprihatinkan, karena sering terlambat masuk ke sekolah sehingga merugikan anak didik. Bahkan ada guru yang bekerja di lahan pertaniannya ketika jam dinas kerja, yang mengakibatkan anak didiknya seperti “anak ayam kehilangan induk”.
Gambaran yang menyedihkan itu justru terjadi di Deli Tua, ibukota Kecamatan Deli Tua yang jaraknya sekitar 10 km dari jantung kota Medan atau 40 km dari Lubuk Pakam, ibukota kabupaten. Di kota kecil yang sesak dan padat penduduknya itu terdapat sedikitnya tujuh SD Negeri dan belasan SD swasta termasuk Ibtidaiyah.
Salah seorang pengawas dari kantor cabang Dinas Pendidikan kecamatan, terkejut setengah mati ketika mendatangi salah satu SD, karena ada murid bermain-main di halaman sekolah pada jam belajar. Setelah diperiksa, ternyata ada lokal yang tidak ada gurunya. Melalui hand phone (hp) guru tersebut dihubungi, akan tetapi jawaban yang diterima benar-benar menyebalkan
“Saya sedang di ladang, pak,” terdengar jawaban dari seberang. Mendengar jawaban yang seenak perutnya itu, pengawas sekolah tersebut segera berteriak dengan keras, “Ladangmu di sekolah ini bukan di sana”. Tidak diketahui kelanjutan dari kasus tersebut, karena para guru, pejabat pendidikan kecamatan melakukan gerakan tutup mulut (GTM) ketika ANTARA melakukan konfirmasi, Kamis. Tiap kantor cabang Dinas pendidikan kecamatan memiliki tiga orang pengawas, dan seorang di antaranya menggerutu dengan mengatakan, guru seperti itu tidak pantas naik golongan.
Selain ada yang membolos tugas, ada sekolah yang guru-gurunya terlambat masuk, yang mengakibatkan murid-muridnya pontang-panting berlarian ke sana kemari. Beberapa guru honorer yang ditempatkan di sekolah tersebut kerja keras menertibkan para murid agar masuk ke kelas masing-masing. Ternyata guru-guru honorer yang penghasilannya di bawah standar, memiliki disiplin yang terpuji.
Di sebuah SD lainnya yang lokasinya tidak jauh dari kantor cabang Dinas Pendidikan kecamatan, kepala sekolahnya sering membolos, karena jadi buronan para penagih hutang (debt collector). Dengan dikucurkannya dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), kebiasaan yang tidak terpuji itu sudah mereda. Di kampung-kampung yang jauh dari ibukota kabupaten, disiplin guru cukup tinggi, karena malu ditegur orang kampung jika membolos kerja. Mereka cukup akrab dengan lingkungan sekitarnya dan profesi guru merupakan pekerjaan yang terpandang.

Tidak ada komentar: